Selasa, 10 Desember 2013

Smart is The New Sexy



Yap! Kalau membaca kata smart atau cerdas, yang ada di pikiran kita pastinya wawasan yang luas atau pendidikan yang tinggi. Tapi dalam kacamata saya, seseorang patut disebut sebagai orang yang cerdas jika ia bisa berguna bagi orang lain. Sebagai manusia, kita hidup berdampingan dan hidup dalam satu komunitas yang disebut masyarakat. Ketika ada seseorang dengan pendidikan tinggi dan wawasan yang luas namun ia tidak bisa berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya, maka ia tak lebih dari sebuah kotak pos. Banyak yang bisa dimasukkan ke dalam kotak, tetapi orang tidak bisa melihat isinya. Artinya, ia belum bisa memberikan manfaat yang berarti bagi orang lain. 


Saya jadi ingin bercerita tentang seorang teman. Dulu, saya punya seorang teman sebut saja namanya Kiki. Ia adalah anak yang sangat cerdas menurut para guru di SMP. Kiki selalu mendapatkan nilai terbaik dari setiap kelas di satu angkatan. Sayang sekali, Kiki adalah anak yang suka menyendiri. Setiap jam istirahat ia selalu duduk di kelas dan membaca novel. Kalau dipikir-pikir, novel tersebut sebenarnya kan bisa saja ia baca di rumah. Bukankah akan lebih menyenangkan jika waktu istirahat benar-benar digunakan untuk istirahat otak, misalnya sekedar haha hihi dengan teman-teman atau mungkin berbagi bekal bersama teman. Saya pernah mencoba mengajak Kiki untuk bergabung makan siang bersama di kantin. Apa yang ia katakan? Dia menjawab, “Aku lebih nyaman makan sendiri.” Ouch…sayang sekali rasanya. Tidak ingin memaksa, saya pun undur diri. Kiki ini memang dalam urusan nilai dia selalu juara, tetapi ia tidak bisa berinteraksi dengan orang lain. Ilmu yang ia miliki pun hanya untuk dirinya saja. Apa yang ada pada diri Kiki ini sangat berkebalikan dengan apa yang saya lihat pada diri Nita, teman sebangku saya. Nita memang bukan orang yang selalu mendapatkan nilai terbaik, tetapi ia selalu punya ide jenius untuk bisa mendapatkan jawaban dari permasalahan yang ada. Misalnya saja ada tugas sekolah yang tidak bisa kami kerjakan, ia akan menghubungi kakak kelas yang juga temannya untuk mengajari kami menyelesaikan tugas tersebut. Hasilnya? Kami semua mendapatkan nilai yang sempurna. Yeay! ^^
Setelah bekerja, saya berpisah dengan Nita dan bertemu dengan seorang teman bernama Heni yang sekaligus menjadi teman kos saya. Heni ini hanyalah lulusan SMA, tetapi saya memandang dia sebagai wanita yang very very smart. Dia adalah orang pertama yang selalu membantu saya di saat saya kesulitan. Heni juga pekerja keras dan memiliki pribadi yang humble. Tak heran jika meskipun hanya memilki ijazah SMA, ia bisa bekerja di perusahaan asing di bidang mining dengan gaji yang tentu saja besar dan posisi yang tinggi. Bisa dibilang, di departemennya Heni adalah orang kedua dan membawahi beberapa staf. Tak heran juga banyak pria yang memburunya, karena ia wanita yang sangat menyenangkan untuk diajak mengobrol, plus, sangat ‘ringan tangan’. Yahh…dia cerdas, dan karena kecerdasannya dalam berinteraksi dengan orang lain banyak pria yang tergila-gila padanya.
Semua cerita saya di atas itulah akhirnya mengubah cara pandang saya tentang definisi smart. Kalau kita memiliki banyak keahlian atau memiliki banyak informasi tetapi tidak kita share ke orang lain, keahlian dan informasi yang kita miliki itu tidak ada gunanya. Berbeda jika kita selalu membantu teman yang sedang kesusahan dengan keahlian dan informasi yang kita miliki. Apa yang kita punya tersebut akan berguna bagi orang lain. Cerdas berarti tak hanya memiliki otak yang cerdas, tetapi juga hati yang cerdas. Dan ketika Anda memilki semuanya, sudah tentu akan banyak orang yang merasa nyaman ada bersama Anda.

Berbagi keahlian dengan orang lain adalah bukti seseorang layak disebut cerdas. (Foto: Novita)

Oleh karena itu, jika Anda ingin menjadi orang yang layak dibilang cerdas, mulailah berubah dari sekarang. Dewasa ini banyak komunitas yang bisa Anda jadikan mediator untuk berbagi dengan orang lain. Mulai dari komunitas mengajar, galang dana, hingga komunitas yang menghibur para pasienyang mengidap penyakit kronis. Sebagai pengawalan, Anda bisa mulai dengan membantu teman setiap membutuhkan pertolongan. Atau mungkin ketika Anda sedang berjalan di trotoar dan melihat seorang nenek tua yang kesusahan dalam menyeberang jalan raya, Anda bisa berhenti sejenak dan membantu nenek tersebut menyeberang jalan raya. So simple, tetapi hal ini akan berdampak besar. Siapa tau nenek-nenek tersebut sebatang kara dan punya warisan yang banyak hahaha (just kidding :p). Bantuan Anda tersebut tentunya sangat berarti bagi sang nenek. Atau jika Anda bukan orang yang mudah berinteraksi dengan orang lain, Anda bisa berbagi informasi dengan membuat sebuah blog. Misalnya saja Anda memiliki hobi jalan-jalan, Anda bisa menuliskan pengalaman dan menyertakan foto-foto seputar perjalanan Anda di blog, disertai dengan tips-tips berdasarkan dari apa yang Anda alami selama di perjalanan. Hal ini sangat berguna bagi orang lain yang ingin pergi ke destinasi yang sama dengan Anda, tetapi belum memiilki informasi yang cukup dan belum ada bayangan mengenai tempat yang ingin dituju.
So, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjadi pribadi yang cerdas dengan berbagi informasi kepada orang lain. Mulai berubah, yuk. Good luck!


5th Blog Emak Gaoel

Jumat, 15 November 2013

Exploring Krakatoa, The Hidden Treasure...

Jumat malam saya dan seorang teman berangkat menuju Pelabuhan Merak. Sesampainya di pelabuhan, setelah menunggu agak lama, akhirnya kami bertemu dengan Ndank yang akan menuntun kami ke Krakatau. Sekitar tengah malam, kami pun menyeberang menggunakan kapal dan sampai di Pelabuhan Bakauheni pada pukul 05.00 WIB.
Pelabuhan Bakauheni
Dengan menggunakan angkutan umum, kami berangkat ke dermaga Canti dan karena Lampung pada saat itu sedang macet, kami sampai di Dermaga Canti setelah matahari terbit. Sayang sekali tidak bisa menikmati sunrise di dermaga. Tetapi it's okay, belum terlambat untuk menikmati perjalanan. Usai sarapan di warung tepi dermaga, saya pun berganti pakaian karena di tengah perjalanan menuju Pulau Sebesi kami akan berhenti di satu spot untuk snorkeling.
Sampai di Dermaga Canti
Destinasi pertama adalah Pulau Sebuku kecil. Di sini saya hanya bisa berkeliling pulau dan bermain di pinggir pantai, karena tidak ada obyek snorkeling yang oke. Selanjutnya menuju ke Sebuku Besar. Nah di sini baru bisa Snorkeling. Walaupun karangnya tergolong cetek, tapi lumayan untuk membuka trip hari itu.
Pulau Sebuku Kecil

Pulau Sebuku Besar

Snorkeling di Pulau Sebuku Besar
Selesai menikmati pemandangan bawah laut di Sebuku Besar, saya pun menuju Pulau Sebesi untuk meletakkan barang dan beristirahat sejenak sebelum makan siang. Sekitar pukul 14.00 WIB saya berangkat menuju Pulau Umang untuk menikmati sunset yang katanya the best sunset adalah di pulau tersebut. Hari sudah gelap, kami pun kembali ke penginapan di Pulau Sebesi untuk BBQ.
Foto dulu sebelum berangkat.




Umang-umang di Pulau Umang
Menuju sunset di tengah laut
Esok paginya, karena akan mendaki Anak Krakatau, saya berangkat dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Hal ini karena pendakian lebih seru dilakukan pada saat sebelum matahari terbit, sehingga kita bisa menikmati sunrise di puncak Anak Krakatau. FYI, pasir di Karakatu ini berwarna hitam dan jika ingin mendaki Anak Krakatau disarankan untuk menggunakan sepatu khusus mendaki atau menggunakan sandal gunung yang dilapisi kaus kaki. Hal ini dikarenakan medan pasir yang sulit untuk didaki jika Anda menggunakan sepatu biasa. Batuan-batuan yang ada di pasir juga akan mengganggu pendakian jika masuk ke dalam alas kaki Anda.

belakang saya itu Gunung Krakatau

Bersama travel-mate
Usai turun, saya dan teman-teman menuju Lagoon Cabe untuk snorkeling. Kabarnya, spot ini adalah spot snorkeling terbaik. Puas bermain-main di tengah laut, saya pun kembali ke Pulau Sebesi untuk packing kembali ke Jakarta.

Keindahan bawah laut Lagoon Cabe

Ada Nemo!

Uai snorkeling di lagoon cabe. Menikmati deburan angin laut.

Foto dulu sebelum meninggalkan Pulau Sebesi.

Dermaga Pulau Sebesi

Bersama travel-mate saya, Ratna.


Jumat, 11 Oktober 2013

Sharing Cost P. Tunda, Banten


Yuk ngetrip bareng weekend ini yang gak kemana-mana :D

Di pulau yang cukup dekat dengan Jakarta bisa snorkling dan bisa menikmati beberapa hal lainnya, simak disini.

Itinerarry
Hari 1, 12 Okt 2k13
06:00-06:30 = meeting point Halte Bis slipi jaya
06:30-09:30 = Berangkat menuju dermaga karangantu serang (banten lama)
09:30-11:30 = perjalanan menuju pulau tunda dari dermaga karangantu
12:30-13:00 = Persiapan Snorkling di sekitar Area Pulau Tunda 13:00-16:00 = Snorkling di Pulau Tunda
16:00-17:00 = Mandi + rehat sejenak
17:00-18:00 = Hunting Foto di Mercusuar Pulau Tunda sambil melihat sunset
19:30-20:30 = ngumpul bareng dan sharing bersama
20:30 = Istirahat dan tidur

Hari 2, 13 Okt 2k13
06:30-07:00 = Sarapan pagi + persiapan snorkling
07:00-10:30 = Snorkling di sekitar Area Pulau Tunda
10:30-11:30 = mandi dan packing
12:30-13:00 = Foto bareng-bareng depan penginapan 13:00-15:00 = on the way Dermaga Karangantu
15:00-17:30 = Plaza Slipi Jaya

Berikut ini adalah transportasi menuju P. Tunda:

Dari Jakarta menuju serang bisa via Tol atau Non Tol. Untuk Tol, dari Jakarta menuju Serang dapat melalui Tol Jakarta- Merak kemudian keluar di pintu Tol Serang Timur.

Jika menggunakan angkutan umum bisa dari terminal Kampung Rambutan, Kalideres dan Tanjung Priuk, atau bisa juga menunggu di Slipi Jaya di Sebrang Rumah sakit Harapan kita. Dari sana kita naik Bus menuju Merak tapi turun di terminal Pakupatan Serang.

Ongkos Bisnya berbeda-beda, jika ingin lebih murah bisa naik Murni atau Asli, tapi biasanya hanya dari Kali Deres. Jika naik Arimbi atau primajasa sekitar 17 ribu dihari biasa untuk AC, itu dari Kampung rambutan dan Pulo Gadung.

Seperti yang sudah di Jelaskan diatas, selain Tol bisa Juga jalur non TOL. Biasanya menggunakan Menggunakan Motor menuju Serang melalui Tangerang terlebih dahulu. Perjalan ke Serang menempuh waktu kurang lebih 2 -3 jam dengan kecepatan rata – rata 60 KM/Jam dan tidak terlalu banyak berhenti.

Dari Jakarta bisa ke jalan Daan mogot Jakarta Barat. Setelah di Jalan Daan Mogot Kita bisa menuju tangerang kota ( pemeritahan Kota tangerang). Setelah sampai di Tangerang kota kemudian mencari arah yang Cimone, di jalan ini agak ribet karena kita harus muter terlebih dahulu ke dalam kotanya.

Setelah sampai cimone, bisa menuju ke Cikupa Kabupaten Tangerang. Dari Cikupa perjalanan berlanjut menuju balaraja kemudian ke Cikande. Sepanjang jalan Cimone menuju cikande ini harus berhati-hati karena kita akan menemui banyak kendaraan besar pengangkut barang dari pabrik – pabrik dengan kapasisitas besar. Setelah sampai cikande, perjalanan berlanjut ke Serang Banten.

Jika menggunakan angkutan umum, dari Terminal Pakupatan Serang, kita naik angkutan umum menuju ke Pelabuhan Karangantu tarif nya cuman Rp. 3.000,-. Untuk yang membawa mobil pribadi atau kendaraan sendiri ke pulau tunda bisa melihat peta di bawah ini

Dari Karangantu ke Pulau Tunda bisa menggunakan kapal umum KM Tunda rute Karangantu – Pulau Tunda dengan tarif Rp. 15.000,- untuk orang dewasa dan Rp 10.000 untuk pelajar. Jadwal kapal dari Pelabuhan Karang Hantu ke Pulau Tunda, sekitar pukul 13.00 WIB, sedangkan jadwal kapal dari Pulau Tunda ke Pelabuhan Karang Hantu, pukul 07.00 WIB.

Rabu, 09 Oktober 2013

Kerja Bakti di Festival Indonesia Mengajar 2013

Pada tanggal 5-6 Oktober 2013 lalu, saya berkesempatan menjadi fasilitator di event Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM) @FestivalGIM. Pada awalnya, saya hanya diajak oleh seorang teman untuk membantu dalam kepanitiaan. Sebenarnya karena hanya dijelaskan secara singkat, saya tak terlalu paham itu acara yang seperti apa. Saya hanya membaca dari selembar flyer yang diberikan.Setelah disuruh memilih, saya memutuskan untuk masuk ke dalam Teater Dongeng. Sebenarnya yang saya cari adalah kelas melukis, tetapi tidak ada. So, I think Teater Dongeng is gonna be fun. Video mendongeng dari para relawan ini nantinya akan dikirim ke sekolah-sekolah di pelosok seluruh Indonesia. Jadi, adik-adik kita di daerah terpencil juga bisa belajar dari pesan moral lewat dongeng.

Foto dulu sebelum rame.

Berfoto sebelum acara dimulai.
Beberapa hari berikutnya karena harus tugas ke luar kota, saya pun tidak bisa datang ke pembahasan selanjutnya. Maka dari itulah sewaktu tanggal 5 saya datang ke lokasi masih agak bingung apa yang harus dilakukan. Nah akhirnya setelah dijelaskan dan sambil berjalan, saya pun mulai memahami job desc di kelas Teater Dongeng ini. Untuk menarik minat para relawan, saya dan teman-teman di Teater Dongeng pun selama dua hari berturut-turut mengenakan kostum sambil menyambut para pengunjung yang datang.

Kostum hari pertama.
Kostum hari kedua.


 
Bertemu dan mengenal teman-teman baru sangatlah menyenangkan. Bisa memfasilitasi para relawan yang berpartisipasi di FGIM juga lebih menyenangkan lagi. Di kelas, saya mengajarkan rule untuk mendongeng dan bagaimana untuk menghasilkan hasil rekaman yang bagus. Jujur, saya tidak punya basic broadcasting sama sekali, tetapi setidaknya pada saat SMA saya sempat mengikuti salah satu klub teater, sehingga saya cukup tau hal-hal apa yang harus diajarkan.

Setting kelas.

Rule mendongeng.

Set lighting dulu.

Perlengkapan mengajar.

Testimoni para murid.


Teman-teman di Indonesia Mengajar menyebut saya dan teman-teman fasilitator sebagai ‘Dewan Guru’ dan para relawan yang masuk ke kelas kami adalah para ‘Murid’. Murid saya yang paling special adalah Chikita Fawzi yang datang pada hari kedua. Tiba-tiba saja depan kelas saya menjadi ramai dan ingin berfoto bersama anak dari Ikang Fawzi tersebut. Hal yang menyenangkan dari Kiki adalah dia sangat menyenangkan dan aktif. Senang mempunyai murid seperti dia. Satu hal yang tidak kalah lucunya, ketika murid puas dengan kita sebagai guru, maka mereka akan menyenangi kita. Bahkan, sempat ada salah satu murid yang mengajak saya foto bersama ^^.

Chikita Fawzi.

Diajak foto sama salah satu murid. Teacher and cameraman on frame! ^^

Usai acara, saya pun marathon mencoba menjadi murid di kelas lain. Tiga kelas yang sempat saya coba adalah Video Profesi, Melodi Ceria, dan Kartupedia. Yah…nasib jadi panitia gini deh. Tidak bisa mencoba semua kelas. Tapi, selama dua hari berkutat di Ancol, badan saya memang merasa sangat lelah, tetapi hati rasanya senang bukan main. Dua hari dari kita sangat berarti untuk anak-anak di pelosok Indonesia. Hidup pendidikan anak Indonesia!


Berfoto sebelum pembubaran. See you next, guys!

Kartupedia saya.


Terimakasih sudah jadi murid yang baik, teman-teman :).






Jumat, 30 Agustus 2013

“Ini hati. Bukan markas intelijen!”

Sore itu, di bilik kamar berukuran empat kali lima meter saya menemain seorang kawan yang tengah gundah gulana karena baru saja mengalami suatu hal yang cukup membuatnya galau. Yeah...Anda benar kalau menebak ini masalah hati. Sebut saja namanya Yanti. Sambil menyeruput hot cappuccino yang saya buat dalam sebuah cangkir merah, dia mulai bercerita.
Dengan usia Yanti yang sudah menginjak kepala tiga, ia cukup banyak berharap kepada seorang pria yang beberapa waktu belakangan ini masuk ke dalam kehidupannya. Sayangnya, secara tiba-tiba pria tersebut menghilang. Saya ingat sekali bagaimana chemistry Yanti dan pria tersebut benar-benar hangat pada saat mereka mengantarkan saya berkeliling kota Cirebon di malam hari. Pada waktu itu saya melihat secercah harapan dan saya yakin bahwa pria itulah yang akan menjadi pria terakhir Yanti. Mereka begitu dekat dan hangat. Yah.itu kondisi lima bulan yang lalu, sih. Tetapi ketika Yanti mengatakan bahwa si pria sedang berada di Jakarta dan berjanji akan menemuinya, tetapi tak kunjung datang dan membalas pesan via ponsel pun tidak. Di usiaku yang sekarang ini, aku cukup paham apa yang terjadi sekarang, Sar. Dua kali dia membuat janji dan dua kali batal dengan tanpa kejelasan di janji terakhir. Tapi aku tidak suka caranya menghilang tiba-tiba. Yanti sangat paham bahwa memang tak hanya dia yang menjadi target incaran pria tersebut. Ia tau bahwa ada nona A dan nona B yang juga sedang didekati oleh lelakinya. Tetapi sebelum ada kejelasan hubungan antara mereka berdua, Yanti tak mau posesif. Saya melihat wajah Yanti yang berusaha tegar namun matanya terlihat sayu. Jelas sekali ia mencoba terlihat kuat di luar namun rapuh di dalam. Saya hanya bisa mengusap-usap punggungnya sembari berkata, Sabar ya. Mungkin memang dia bukan jodoh yang baik.
Melihat kasus teman saya ini, saya pun mengambil sebuah kesimpulan. Ketika seorang wanita atau pria sudah di ambang batas usia untuk berkeluarga, mungkin mereka memang sedang dalam tahap berburu. Masing-masing berusaha mencari dan mendekati mana yang paling cocok untuk dijadikan teman hidup. Tetapi karena karakter hubungan asmara orang dewasa yang sudah tak menggunakan kata "Mau jadi pacarku?" atau "I Love You. How about you?" memang terkadang membingungkan dan akhirnya akan membuat sakit hati di salah satu pihak. Secara karakter, mungkin pria dewasa menganggap hal pengungkapan tersebut tidak penting, tetapi berbeda dengan wanita. Para wanita membutuhkan sebuah kejelasan tentang hubungan mereka sehingga mereka bisa memutuskan akan bertahan dan melanjutkan ke langkah selanjutnya ataukah menerima pria lain yang hadir di hidupnya.
Saya jadi ingat dengan sebuah image dari path milik seorang teman yang bertuliskan kata-kata yang cukup mengena di hati. Ini hati, bukan markas intelijen. Kalo emang suka bilang aja, gak usah pake kode-kodean. Hahahaa.ada benarnya juga kata-katanya.

Merdeka ala Komunitas Doyan Jalan


Dari namanya saja, Doyan Jalan, Anda pasti sudah bisa menebak komunitas apa ini. Yap! Doyan Jalan adalah sebuah komunitas yang berisi orang-orang yang memiliki hobi yang sama. Jalan-jalan kemana pun suka-suka, tagline dari komunitas ini pun sudah cukup menjelaskan.
Pada hari Minggu kemarin tanggal 18 Agustus, Doyan Jalan mengadakan event yang cukup unik, yaitu perlombaan 17 Agustus yang saat ini sudah sangat jarang sekali diadakan di kota besar seperti Jakarta. Well, kalau diperhatikan setiap hari kemerdekaan di Jakarta yang diagung-agungkan adalah karnaval dan karnaval. Jarang sekali diadakan lomba makan kerupuk, balap kelereng, balap karung, dan lomba 17 Agustus seperti biasanya, kecuali di daerah pinggiran. Berpartisipasi dalam event yang diadakan doyan Jalan ini membuat saya cukup bernostalgia ke masa kecil dimana saya selalu mengikuti lomba-lomba di hari kemerdekaan.
Dari lokasinya meeting point-nya saja, saya cukup excited dengan Situ Babakan. Secara, saya adalah penyuka wisata budaya. Menurut informasi yang saya dapatkan, Situ Babakan ini adalah relokasi dari area perkampungan Betawi. Sebagai pendatang di kota Jakarta, saya adalah orang yang cukup penasaran dengan budaya Betawi. Maka dari itu, sesampainya di Situ Babakan, setelah turun dari angkutan umum saya memilih untuk berjalan kaki menikmati pemandangan di area perkampungan. Rata-rata bentuk rumahnya memang serupa, terdapat hiasan kusen dengan bentuk ketupat dan jaro (yaitu pagar yang dibuat dari bambu atau kayu yang dibentuk secara ornamentik. Begitu masuk, saya disambut oleh dua pria berpakaian khas Betawi dengan peci dan sarung yang dikalungkan di leher menyambut ramah. Setelah itu saya meminjam sepeda seorang kawan untuk berkeliling situ (danau). Karena masih dalam masa liburan, Situ Babakan penuh sesak di beberapa area. Karena itulah lokasi untuk event Doyan Jalan diputuskan pindah ke area terdekat yang terdapat taman untuk mengadakan perlombaan. Pilihan pun jatuh kepada area kampus UI yang memang masih banyak terdapat area rerumputan dengan pohon-pohon tinggi. Di tempat inilah acara digelar.
So, berikut ini adalah foto-foto kegiatannya. Meskipun anggota komunitas ini sudah bukan anak kecil lagi, tapi mereka tidak malu mengikuti lomba yang lokasinya diadakan di area kampus Universitas Indonesia yang mana pada saat itu banyak mahasiswa yang lalu-lalang sedang mempersiapkan penerimaan mahasiswa baru. Inilah yang dimaksud merdeka ala komunitas Doyan Jalan. Bersenang-senang tanpa harus merasa malu. Great event!
See? Mereka bukan anak kecil lagi
See? Mereka bukan anak kecil lagi
Merah untuk merdeka!
Merah untuk merdeka!

Senin, 29 Juli 2013

Exploring Saudi Arabia #3 Mekah-Indonesia


Sekitar pukul dua pagi saya sampai di Mekah. Dalam keadaan suci, saya beserta rombongan pun langsung menjalani ibadah Thawaf dan Sa'i. Pada waktu Thawaf, saya tidak menyangka bahwa akan berdesak-desakan. Dua orang nenek merangkul lengan saya karena takut terbawa arus dan terinjak. Pantas saja banyak yang meninggal pada saat ibadah Haji, saya baru paham kondisinya seperti itu. Setiap masuk waktu ibadah, sebisa mungkin saya pergi ke masjid, dan satu hal yang membuat saya makin merinding adalah ketika selesai melaksanakan sholat, biasanya dilanjutkan dengan sholat jenazah. Betapa kagetnya saya ketika berjalan keluar melihat rombongan petugas masjid membawa lima peti jenazah korban Umroh. Berarti sholat jenazah yang barusan saya lakukan adalah untuk jenazah tersebut, tidak seperti hari-hari sebelumnya. Baikah...hal ini tidak akan saya lupakan. Ada satu hal lagi yang saya cukup bingung. Dalam bayangan saya, bukit Shafa dan Marwah adalah benar-benar bukit, ternyata saat ini bentuknya sudah dibangun menjadi ruangan beratap dan cukup nyaman untuk melaksanakan ibadah Sa'i. Meskipun dilakukan berkali-kali, tidak terasa lelah. Apalagi di setiap sudut tersedia sumber air zam-zam. Sudah sampai di Ka'bah, jangan sampai Anda tidak berdoa di pancuran emas Hijir Ismail. Ketika melihatnya saja, saya hampir putus asa, karena harus menembus desakan orang dari berbagai negara yang tubuhnya jauh lebih besar dan tinggi daripada saya. Apalagi satu hari sebelumnya kakak saya bercerita kalau ia harus mengantri lama untuk bisa masuk ke dalam Hijir Ismail. Tetapi setelah dicoba, ternyata saya bisa masuk dengan lancar tanpa harus mengantri. Ajaibnya lagi, dinding Ka'bah di depan saya kosong, dan langsung saja saya meraihnya. Hal yang cukup miris adalah ada beberapa wanita yang menunggu di dalam masjid sambil tidur-tiduran hingga orang lain cukup kesulitan untuk mendapatkan shaf. Dan ternyata mereka bukan menunggu karena ingin beribadah, tetapi menunggu pembagian makanan serta minuman gratis dari para petugas masjid (di antara sholat dhuhur dan ashar banyak dermawan dan petugas masjid yang membagikan kurma, roti, susu, atau kopi arab gratis untuk orang-orang yang menunggu di masjid karena menjadi musafir, mengabdikan diri untuk beribadah di masjid, atau tak punya rumah), Usai mendapatkan dan mengumpulkan makanan dan minuman tersebut, mereka pergi. Ahh...miris ngeliatnya.

Ketika usai melaksanakan Sa'i di antara Bukit Shafa dan Marwah
Bukit Marwah, pemberhentian akhir Sa'i.

Sudah sampai di Mekah, tidak sah rasanya jika tidak berkeliling. Saya pun pergi bersama saudara ke salah satu pusat perbelanjaan yang cukup megah terletak di depan Masjidil Haram. Di dalamnya terdapat toko-toko yang menjual berbagai macam barang mulai dari pakaian hingga perhiasan. Dan jangan salah...di sini juga ada Starbucks! Saya menyempatkan diri mampir dan duduk-duduk sambil menikmati segelas kopi. Hal yang berbeda di Starbucks ini adalah adanya antrean pria dan wanita yang dipisah dan diberi penutup seperti penutup di shaf pria dan wanita. Menjelang adzan Ashar, seorang karyawan Starbucks memberitahu bahwa mereka akan segera tutup dan akan buka lagi setelah waktu sholat Ashar berakhir. Waw...ternyata Starbucks pun tanduk pada peraturan di negara ini (ya iyalah ya). Selain terdapat mug bertuliskan Saudi Arabia, ada juga signature cake yang hanya terdapat di Saudi Arabia, yaitu Kurma Cake. Yumm... Oiya, pada saat saya keluar untuk menuju masjid, saya melihat semua toko menutup akses pintu masuk ke dalam tokonya dan bergegas menuju masjid. Seketika mal sepi seperti benar-benar sudah tutup.
Saya di depan Masjidil Haram
Souvenir yang cantik

Mayoritas baju wanita yang dijual berwarna hitam.

Cantiknya pasmina-pasmina ini
Semuanya batuan asli, lho.
Berbagai jenis karpet dan sajadah.

Sambil menunggu adzan, mampir dulu ke Starbucks.
Kurma Cake. Hanya dijual di Saudi Arabia.
Souvenir dari Starbucks.
Bermain di habitat merpati tepat di area Kerajaan Saudi Arabia.

Selain masuk ke mal, saya juga blusukan ke dalam pasar di dekat penginapan. Di dalam pasar barang yang dijual lebih bervariasi dari mulai kayu siwak hingga wadah eyeliner.

Penampakan depan pasar.
Tea set yang mungil dan mewah.
Batangan putih ini adalah parfum gosok kasturi. Wanginya enak.
Penjual batuan mengajarkan saya cara menakar batuan asli atau palsu.
Tanaman kering ini dapat digunakan sebagai obat haid dan membantu kesuburan wanita.
Kayu siwak. Warga Saudi Arabia menggunakan kayu ini untuk menggosok gigi.
Wadah eyeliner ini cantik ya.

Setelah beberapa hari tinggal di Mekah, saya pun harus kembali ke Indonesia. Perjalanan saya dari Mekah untuk kembali ke Indonesia melewati jalur yang sama seperti pada saat berangkat dari Indonesia, yaitu melewati Jeddah. Di perjalanan menuju Jeddah, saya melewati beberapa spot asyik, yaitu Laut Merah, Peternakan Unta, Museum Ka'bah, Jabal Rahmah, dan Jabal Magnet. Satu spot yang paling membuat saya tercengang adalah Jabal Magnet. Karena ketika melewati tanjakan bukit, driver bus saya justru melepaskan kakinya dari pedal dan rem kaki, namun bus tetap berjalan naik, bukan mundur. Di pertengahan bukit terlihat kaum India yang membasahi jalan bukit dengan air, mereka memiliki kepercayaan tersendiri mengenai Jabal Magnet ini.

Laut Merah yang tidak merah.

Peternakan Unta.

Buih susu yang dapat mengencangkan kulit.
Susu Unta. Rasanya tak berbeda dengan susu sapi, kok.
Museum Ka'bah.
Jabal Rahmah. Naiklah ke atas bukit dan tuliskan nama seseorang, dan kalian akan berjodoh (katanya).

Driver bus saat melewati Jabal Magnet. Perhatikan, kakinya tidak menginjak pedal.

Setelah usai berkeliling dengan bus, saatnya untuk menuju Bandara Internasional King Abdul Aziz. Overall, perjalanan saya ke Saudi Arabia ini telah mengajarkan saya akan banyak hal. Saya belajar untuk lebih menghargai orang, membantu orang lain meskipun tidak mengenal sama sekali, belajar ekstra sabar, dan pantang menyerah dalam menggapai tujuan.

Baca dulu: Exploring Saudi Arabia #1 Jakarta-Jeddah
                Exploring Saudi Arabia #2 Madina