Selasa, 10 Desember 2013

Smart is The New Sexy



Yap! Kalau membaca kata smart atau cerdas, yang ada di pikiran kita pastinya wawasan yang luas atau pendidikan yang tinggi. Tapi dalam kacamata saya, seseorang patut disebut sebagai orang yang cerdas jika ia bisa berguna bagi orang lain. Sebagai manusia, kita hidup berdampingan dan hidup dalam satu komunitas yang disebut masyarakat. Ketika ada seseorang dengan pendidikan tinggi dan wawasan yang luas namun ia tidak bisa berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya, maka ia tak lebih dari sebuah kotak pos. Banyak yang bisa dimasukkan ke dalam kotak, tetapi orang tidak bisa melihat isinya. Artinya, ia belum bisa memberikan manfaat yang berarti bagi orang lain. 


Saya jadi ingin bercerita tentang seorang teman. Dulu, saya punya seorang teman sebut saja namanya Kiki. Ia adalah anak yang sangat cerdas menurut para guru di SMP. Kiki selalu mendapatkan nilai terbaik dari setiap kelas di satu angkatan. Sayang sekali, Kiki adalah anak yang suka menyendiri. Setiap jam istirahat ia selalu duduk di kelas dan membaca novel. Kalau dipikir-pikir, novel tersebut sebenarnya kan bisa saja ia baca di rumah. Bukankah akan lebih menyenangkan jika waktu istirahat benar-benar digunakan untuk istirahat otak, misalnya sekedar haha hihi dengan teman-teman atau mungkin berbagi bekal bersama teman. Saya pernah mencoba mengajak Kiki untuk bergabung makan siang bersama di kantin. Apa yang ia katakan? Dia menjawab, “Aku lebih nyaman makan sendiri.” Ouch…sayang sekali rasanya. Tidak ingin memaksa, saya pun undur diri. Kiki ini memang dalam urusan nilai dia selalu juara, tetapi ia tidak bisa berinteraksi dengan orang lain. Ilmu yang ia miliki pun hanya untuk dirinya saja. Apa yang ada pada diri Kiki ini sangat berkebalikan dengan apa yang saya lihat pada diri Nita, teman sebangku saya. Nita memang bukan orang yang selalu mendapatkan nilai terbaik, tetapi ia selalu punya ide jenius untuk bisa mendapatkan jawaban dari permasalahan yang ada. Misalnya saja ada tugas sekolah yang tidak bisa kami kerjakan, ia akan menghubungi kakak kelas yang juga temannya untuk mengajari kami menyelesaikan tugas tersebut. Hasilnya? Kami semua mendapatkan nilai yang sempurna. Yeay! ^^
Setelah bekerja, saya berpisah dengan Nita dan bertemu dengan seorang teman bernama Heni yang sekaligus menjadi teman kos saya. Heni ini hanyalah lulusan SMA, tetapi saya memandang dia sebagai wanita yang very very smart. Dia adalah orang pertama yang selalu membantu saya di saat saya kesulitan. Heni juga pekerja keras dan memiliki pribadi yang humble. Tak heran jika meskipun hanya memilki ijazah SMA, ia bisa bekerja di perusahaan asing di bidang mining dengan gaji yang tentu saja besar dan posisi yang tinggi. Bisa dibilang, di departemennya Heni adalah orang kedua dan membawahi beberapa staf. Tak heran juga banyak pria yang memburunya, karena ia wanita yang sangat menyenangkan untuk diajak mengobrol, plus, sangat ‘ringan tangan’. Yahh…dia cerdas, dan karena kecerdasannya dalam berinteraksi dengan orang lain banyak pria yang tergila-gila padanya.
Semua cerita saya di atas itulah akhirnya mengubah cara pandang saya tentang definisi smart. Kalau kita memiliki banyak keahlian atau memiliki banyak informasi tetapi tidak kita share ke orang lain, keahlian dan informasi yang kita miliki itu tidak ada gunanya. Berbeda jika kita selalu membantu teman yang sedang kesusahan dengan keahlian dan informasi yang kita miliki. Apa yang kita punya tersebut akan berguna bagi orang lain. Cerdas berarti tak hanya memiliki otak yang cerdas, tetapi juga hati yang cerdas. Dan ketika Anda memilki semuanya, sudah tentu akan banyak orang yang merasa nyaman ada bersama Anda.

Berbagi keahlian dengan orang lain adalah bukti seseorang layak disebut cerdas. (Foto: Novita)

Oleh karena itu, jika Anda ingin menjadi orang yang layak dibilang cerdas, mulailah berubah dari sekarang. Dewasa ini banyak komunitas yang bisa Anda jadikan mediator untuk berbagi dengan orang lain. Mulai dari komunitas mengajar, galang dana, hingga komunitas yang menghibur para pasienyang mengidap penyakit kronis. Sebagai pengawalan, Anda bisa mulai dengan membantu teman setiap membutuhkan pertolongan. Atau mungkin ketika Anda sedang berjalan di trotoar dan melihat seorang nenek tua yang kesusahan dalam menyeberang jalan raya, Anda bisa berhenti sejenak dan membantu nenek tersebut menyeberang jalan raya. So simple, tetapi hal ini akan berdampak besar. Siapa tau nenek-nenek tersebut sebatang kara dan punya warisan yang banyak hahaha (just kidding :p). Bantuan Anda tersebut tentunya sangat berarti bagi sang nenek. Atau jika Anda bukan orang yang mudah berinteraksi dengan orang lain, Anda bisa berbagi informasi dengan membuat sebuah blog. Misalnya saja Anda memiliki hobi jalan-jalan, Anda bisa menuliskan pengalaman dan menyertakan foto-foto seputar perjalanan Anda di blog, disertai dengan tips-tips berdasarkan dari apa yang Anda alami selama di perjalanan. Hal ini sangat berguna bagi orang lain yang ingin pergi ke destinasi yang sama dengan Anda, tetapi belum memiilki informasi yang cukup dan belum ada bayangan mengenai tempat yang ingin dituju.
So, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjadi pribadi yang cerdas dengan berbagi informasi kepada orang lain. Mulai berubah, yuk. Good luck!


5th Blog Emak Gaoel