Senin, 29 Juli 2013

Exploring Saudi Arabia #3 Mekah-Indonesia


Sekitar pukul dua pagi saya sampai di Mekah. Dalam keadaan suci, saya beserta rombongan pun langsung menjalani ibadah Thawaf dan Sa'i. Pada waktu Thawaf, saya tidak menyangka bahwa akan berdesak-desakan. Dua orang nenek merangkul lengan saya karena takut terbawa arus dan terinjak. Pantas saja banyak yang meninggal pada saat ibadah Haji, saya baru paham kondisinya seperti itu. Setiap masuk waktu ibadah, sebisa mungkin saya pergi ke masjid, dan satu hal yang membuat saya makin merinding adalah ketika selesai melaksanakan sholat, biasanya dilanjutkan dengan sholat jenazah. Betapa kagetnya saya ketika berjalan keluar melihat rombongan petugas masjid membawa lima peti jenazah korban Umroh. Berarti sholat jenazah yang barusan saya lakukan adalah untuk jenazah tersebut, tidak seperti hari-hari sebelumnya. Baikah...hal ini tidak akan saya lupakan. Ada satu hal lagi yang saya cukup bingung. Dalam bayangan saya, bukit Shafa dan Marwah adalah benar-benar bukit, ternyata saat ini bentuknya sudah dibangun menjadi ruangan beratap dan cukup nyaman untuk melaksanakan ibadah Sa'i. Meskipun dilakukan berkali-kali, tidak terasa lelah. Apalagi di setiap sudut tersedia sumber air zam-zam. Sudah sampai di Ka'bah, jangan sampai Anda tidak berdoa di pancuran emas Hijir Ismail. Ketika melihatnya saja, saya hampir putus asa, karena harus menembus desakan orang dari berbagai negara yang tubuhnya jauh lebih besar dan tinggi daripada saya. Apalagi satu hari sebelumnya kakak saya bercerita kalau ia harus mengantri lama untuk bisa masuk ke dalam Hijir Ismail. Tetapi setelah dicoba, ternyata saya bisa masuk dengan lancar tanpa harus mengantri. Ajaibnya lagi, dinding Ka'bah di depan saya kosong, dan langsung saja saya meraihnya. Hal yang cukup miris adalah ada beberapa wanita yang menunggu di dalam masjid sambil tidur-tiduran hingga orang lain cukup kesulitan untuk mendapatkan shaf. Dan ternyata mereka bukan menunggu karena ingin beribadah, tetapi menunggu pembagian makanan serta minuman gratis dari para petugas masjid (di antara sholat dhuhur dan ashar banyak dermawan dan petugas masjid yang membagikan kurma, roti, susu, atau kopi arab gratis untuk orang-orang yang menunggu di masjid karena menjadi musafir, mengabdikan diri untuk beribadah di masjid, atau tak punya rumah), Usai mendapatkan dan mengumpulkan makanan dan minuman tersebut, mereka pergi. Ahh...miris ngeliatnya.

Ketika usai melaksanakan Sa'i di antara Bukit Shafa dan Marwah
Bukit Marwah, pemberhentian akhir Sa'i.

Sudah sampai di Mekah, tidak sah rasanya jika tidak berkeliling. Saya pun pergi bersama saudara ke salah satu pusat perbelanjaan yang cukup megah terletak di depan Masjidil Haram. Di dalamnya terdapat toko-toko yang menjual berbagai macam barang mulai dari pakaian hingga perhiasan. Dan jangan salah...di sini juga ada Starbucks! Saya menyempatkan diri mampir dan duduk-duduk sambil menikmati segelas kopi. Hal yang berbeda di Starbucks ini adalah adanya antrean pria dan wanita yang dipisah dan diberi penutup seperti penutup di shaf pria dan wanita. Menjelang adzan Ashar, seorang karyawan Starbucks memberitahu bahwa mereka akan segera tutup dan akan buka lagi setelah waktu sholat Ashar berakhir. Waw...ternyata Starbucks pun tanduk pada peraturan di negara ini (ya iyalah ya). Selain terdapat mug bertuliskan Saudi Arabia, ada juga signature cake yang hanya terdapat di Saudi Arabia, yaitu Kurma Cake. Yumm... Oiya, pada saat saya keluar untuk menuju masjid, saya melihat semua toko menutup akses pintu masuk ke dalam tokonya dan bergegas menuju masjid. Seketika mal sepi seperti benar-benar sudah tutup.
Saya di depan Masjidil Haram
Souvenir yang cantik

Mayoritas baju wanita yang dijual berwarna hitam.

Cantiknya pasmina-pasmina ini
Semuanya batuan asli, lho.
Berbagai jenis karpet dan sajadah.

Sambil menunggu adzan, mampir dulu ke Starbucks.
Kurma Cake. Hanya dijual di Saudi Arabia.
Souvenir dari Starbucks.
Bermain di habitat merpati tepat di area Kerajaan Saudi Arabia.

Selain masuk ke mal, saya juga blusukan ke dalam pasar di dekat penginapan. Di dalam pasar barang yang dijual lebih bervariasi dari mulai kayu siwak hingga wadah eyeliner.

Penampakan depan pasar.
Tea set yang mungil dan mewah.
Batangan putih ini adalah parfum gosok kasturi. Wanginya enak.
Penjual batuan mengajarkan saya cara menakar batuan asli atau palsu.
Tanaman kering ini dapat digunakan sebagai obat haid dan membantu kesuburan wanita.
Kayu siwak. Warga Saudi Arabia menggunakan kayu ini untuk menggosok gigi.
Wadah eyeliner ini cantik ya.

Setelah beberapa hari tinggal di Mekah, saya pun harus kembali ke Indonesia. Perjalanan saya dari Mekah untuk kembali ke Indonesia melewati jalur yang sama seperti pada saat berangkat dari Indonesia, yaitu melewati Jeddah. Di perjalanan menuju Jeddah, saya melewati beberapa spot asyik, yaitu Laut Merah, Peternakan Unta, Museum Ka'bah, Jabal Rahmah, dan Jabal Magnet. Satu spot yang paling membuat saya tercengang adalah Jabal Magnet. Karena ketika melewati tanjakan bukit, driver bus saya justru melepaskan kakinya dari pedal dan rem kaki, namun bus tetap berjalan naik, bukan mundur. Di pertengahan bukit terlihat kaum India yang membasahi jalan bukit dengan air, mereka memiliki kepercayaan tersendiri mengenai Jabal Magnet ini.

Laut Merah yang tidak merah.

Peternakan Unta.

Buih susu yang dapat mengencangkan kulit.
Susu Unta. Rasanya tak berbeda dengan susu sapi, kok.
Museum Ka'bah.
Jabal Rahmah. Naiklah ke atas bukit dan tuliskan nama seseorang, dan kalian akan berjodoh (katanya).

Driver bus saat melewati Jabal Magnet. Perhatikan, kakinya tidak menginjak pedal.

Setelah usai berkeliling dengan bus, saatnya untuk menuju Bandara Internasional King Abdul Aziz. Overall, perjalanan saya ke Saudi Arabia ini telah mengajarkan saya akan banyak hal. Saya belajar untuk lebih menghargai orang, membantu orang lain meskipun tidak mengenal sama sekali, belajar ekstra sabar, dan pantang menyerah dalam menggapai tujuan.

Baca dulu: Exploring Saudi Arabia #1 Jakarta-Jeddah
                Exploring Saudi Arabia #2 Madina



Kamis, 04 Juli 2013

Exploring Saudi Arabia #2 Madina


Di kota Madina, saya mendapatkan kesempatan tinggal selama empat hari. Lumayan lama terasa, karena cuaca di sini sangat panas dan kering hingga sore hari. Saran saya, jika berkunjung kesini, Anda wajib membawa pelembab bibir dan pilihlah pelembab bibir yang melindungi dari sinar UV serta mengandung vitamin. Karena jika tidak, bibir Anda akan kering dan pecah-pecah. Selain itu, kacamata berwarna gelap juga sangat disarankan untuk dibawa kemana saja. Karena sinar matahari di Madina sangat terik dan akan membuat pandangan mata Anda silau. Kemudian jangan lupa untuk mengonsumsi vitamin dan banyak minum air mineral. Karena berdasarkan pengalaman saya, meskipun salah satu syarat memasuki negara ini adalah melakukan vaksin influenza dan meningitis, masih banyak pendatang yang terkena flu karena kondisi badan yang tidak fit. Tak sedikit pula yang mimisan begitu sampai di Madina. Di Madina dan Mekah banyak tersedia galon-galon air zam-zam, jadi Anda tidak perlu membeli air mineral. Lebih baik Anda bawa saja tempat minum yang mudah dibawa-bawa untuk lebih mengurangi biaya minum.
Kebetulan, di Madina saya tinggal di sebuah hotel yang tepat berada di depan Masjid Nabawi. Jadi saya bisa menikmati senja di Nabawi dan indahnya area masjid pada siang hari ketika payung-payung masjid bermekaran.
Langit subuh di belakang saya itu cantik ya.
Suasana Masjid Nabawi di siang hari ketika payung-payung masjid telah mekar.

Uniknya, di sekitar masjid banyak sekali para pedagang layaknya sebuah pasar tumpah, dan hampir seluruh pedagang bisa berbahasa Indonesia. Menurut mereka, sebagian besar pembeli mereka berasal dari Indonesia, sehingga mereka pun mempelajari bahasa kita. Wow! Tapi, berita jeleknya, orang Indonesia di kalangan pedagang ini terkenal pelit dan semena-mena dalam menawar, sehingga ketika mereka tau bahwa sang pembeli berasal dari Indonesia, mereka akan memberikan harga awal yang lebih tinggi. Hahaahahaha...Well, tapi barang-barang yang dijual di sini cukup bagus dan harganya jauh lebih murah dibanding di tempat lain. Jadi, saran saya, jika ingin membeli oleh-oleh baik itu kurma, baju, ataupun souvenir, belilah di Madina, karena di Mekah atau Dubai jauh lebih mahal. Untuk teknik berjualan mereka juga cukup lucu menurut saya. Mereka selalu berdiri di atas kursi dan berteriak, "Murah! Murah!" sambil melempar-lemparkan baju atau kain dagangannya ke atas. Sisi positifnya adalah, setiap jam ibadah, semua pedagang menutup dagangannya dan melaksanakan ibadah secara berjamaah. Seketika pasar tumpah pun menjadi sepi. Ada satu hal lagi yang menarik, yaitu seluruh pedagang wanita di sini mengenakan cadar. Setelah berbincang dengan salah satu pedagang wanita, saya pun tau alasannya. Karena mereka berdagang hingga malam, cadar inilah yang akan melindungi mereka dari pria hidung belang. Dengan cadar, wajah cantik mereka tidak terlihat dan tidak mengundang para pria untuk mendekati. Saya yang senang berjalan-jalan sendiri pun akhirnya memutuskan untuk mengenakan cadar dan pakaian hitam tersebut agar lebih aman.

See, naik ke atas kursi dan melempar dagangan ke atas. Ciri khas mereka.
Suasana keramaian pasar tumpah di area Masjid Nabawi.
Tasbih dengan warna-warna yang cantik.

Seluruh pedagang wanitanya bercadar.
 Esoknya, saya menyempatkan diri mampir ke Perkebunan Kurma yang terdapat berbagai macam jenis kurma. Bisa dibilang, di sini memang tempat yang cocok bagi Anda yang ingin membeli oleh-oleh kurma. Karena selain kurma biasa tersedia juga cokelat yang berisi daging kurma atau kurma yang dilapisi cokelat. Harganya memang lebih mahal daripada di area masjid Nabawi, tetapi di sini tersedia lengkap segala jenis kurma.

Perkebunan Kurma di Madina.
Terawat dan rapi
Kurma kering bisa dicoba secara gratis.
Coklat berisi kurma (bawah) dan permen kurma (atas).
coklatnya enak.
Saya di deretan berbagai jenis kurma.

Usai berkelana di perkebunan, saya pun melanjtukan perjalanan dengan bus menuju Mekah. Jarak tempuh yang cukup jauh memang menuntut istirahat yang cukup agar badan tidak drop. Dengan botol minuman yang telah penuh terisi air zam-zam, saya pun siap untuk melanjutkan perjalanan ke Mekah.

Baca juga: Exploring Saudi Arabia #1 Jakarta-Jeddah

Exploring Saudi Arabia #1 Jakarta-Jeddah

 Beberapa bulan yang lalu, saya mendapat kesempatan untuk berangkat ke Saudi Arabia. Dari Jakarta, saya naik pesawat Emirates pukul 07.00 WIB dan sampai di Dubai untuk transit setelah menempuh perjalanan selama delapan jam. Karena waktu menunggu yang cukup lama (4 jam), maka saya putuskan untuk berkeliling sejenak dan mencicipi kuliner khas Arab. Pertama, saya mencoba Halwa, yaitu manisan Arab. Teksturnya yang keras, rasanya yang manis sekali dan aroma bunga mawar yang bertaburan di atasnya kurang cocok di lidah saya. Tapi boleh lah untuk oleh-oleh yang unik. Halwa ini ada yang rasa kacang atau bunga. Kemudian saya makan siang dengan menu Kabsa dan Qobus. Kabsa ini sejenis nasi kebuli yang dimakan bersama dengan ayam dan kenari. Sedangkan Qobus seperti roti canai yang dinikmati dengan Wara Enab (gulungan daun anggur yang dicampur dengan lemon juice, olive oil, dan sayuran lain. Rasanya asam), salad, dan dioles dengan Baba Ganoush (terbuat dari campuran dressing berbahan dasar sayur dan dicampur dengan mayonnaise). Hampir seluruh masakan ini rasanya asam. Jadi bagi Anda yang memiliki penyakit maag harap berhati-hati.

Halwa bunga mawar

Qobus
Kabsa
 


































Wara Enab, salad, and Baba Ganoush
Sekitar empat jam kemudian, Emirates Dubai-Saudi Arabia pun berangkat. Pukul 02.00 WIB saya pun tiba di Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah. Pemeriksaan di bandara ini cukup ketat dan berlapis-lapis. Dari pemeriksaan paspor yang masing-masing wanita harus didampingi mahramnya (ayah, suami, atau saudara laki-laki). Perlu Anda ketahui, di negara ini wanita dilarang berkeliaran sendiri. Karena saya tidak bersama ayah, tidak memiliki saudara pria, dan belum menikah, maka saya berpura-pura menjadi anak seorang pria berkewarganegaraan Indonesia. Dengan memasang wajah polos, saya pun lolos dari pemeriksaan. Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan pakaian. Saya masuk ke sebuah ruangan yang dijaga oleh dua petugas wanita yang berbadan besar. Setelah membuka seluruh pakaian dan memeriksa saya tidak membawa apa-apa, saya pun bisa keluar dan melanjutkan perjalanan menuju Jeddah dengan menggunakan bus. Sepanjang perjalanan, hanya terlihat hamparan pasir dan bebatuan. Ada beberapa rumah makan dan rumah penduduk namun jaraknya sangat berjauhan. Tepat pukul lima pagi sampailah saya di Madinah. Saya pun beristirahat sejenak untuk berkeliling setelah langit terang.

Lanjutkan ke: Exploring Saudi Arabia #2 Madina