Rabu, 18 Juni 2014

SHERATON BALI KUTA RESTAURANT: Where You Will Experience Paradise


Pemandangan malam yang indah dari The Sheraton. (Foto: Dok. Sheraton)


The Sheraton memiliki tiga area yang bisa menjadi pilihan Anda selama di Bali, yaitu Bene, Feast, dan The Lounge. Masing-masing dari tiga area ini menjual menu dengan ciri khas yang berbeda.
Untuk Feast sendiri menawarkan berbagai jenis makanan seperti Pie dan Grilled Shrimp dengan konsep buffet. Di sini, Anda bisa menikmati makanan sepuasnya, termasuk gelato di saat breakfast yang sangat jarang ditemukan di restoran lain.
 
Pie at The Feast. (Foto: Dok. Sheraton)
Grilled Shrimp. (Foto: Dok. Sheraton)

Bene yang mengusung makanan Italia memberikan pengalaman tersendiri dalam menikmati menu-menu otentik buatan chef asli dari Italia. Cobalah Italian Pastatable dan Una Pasta E Bevanda yang merupakan menu andalan di Bene. 
Una Pasta E Bevanda. (Foto: Dok. Sheraton)

Terakhir, jika Anda ingin bersantai sejenak, pergilah ke The Lounge yang menawarkan berbagai racikan Gin and Tonic spesial dari mixologist asal New York, Joseph Boroski dari mulai yang citric, herbal, fruity, dan spicy. 
Gin and Tonic. (Foto: Dok. Sheraton)

Sebagai informasi, pada hari Jumat dan Sabtu digelar panggung hiburan musik di The Lounge yang diramaikan oleh DJ pilihan hingga tengah malam. Untuk kepuasan maksimal, pilihlah lantai atas yang memberikan pemandangan lebih menarik. Plus, don’t forget to go there at the evening to really get the best view of the sunset.

Sheraton bali Kuta Restaurant
Jl. Pantai Kuta, Kuta, Bali
Telepon: 03611 8465555
Website: www.sheratonbalikuta.com
 
  *diterbitkan di majalah CLEO Indonesia edisi Mei 2014

Postpone Island: Pulau Terujung Jawa

Pagi-pagi sekali saya dan teman-teman berkumpul di halte bus Slipi Jaya untuk menunggu bus jurusan Serang. Tak lama, datanglah bus kami, dan sekitar dua jam perjalanan sampailah saya di Terminal Pakupatan, Serang. Dari sini, saya naik angkot jurusan Karang Antu dan turun tepat di dermaga. Kalau berangkat tanpa rombongan, Anda hanya punya kesempatan dua kali dalam sehari untuk menyeberang dari Karang Antu ke Postpone Island atau Pulau Tunda dengan menggunakan KM Tunda Ekspress. Berhubung saya terlambat mengejar kapal yang berangkat pukul 7 pagi, jadi saya harus menunggu keberangkatan kapal berikutnya pada pukul 12.00 WIB. Untung saja ada beberapa warteg dan minimarket, jadi saya bisa mengisi perut dan mengisi ulang baterai ponsel dahulu.
Sekitar pukul 12 siang, saya pun berangkat dengan KM Tunda Ekspress dengan merogoh kocek 16.000 rupiah. Karena kapal ini merupakan transportasi umum satu-satunya menuju Pulau Tunda, maka banyak penghuni asli pulau yang sebagian besar pedagang menitipkan dagangannya ke bagasi kapal. Dari jendela kapal, Saya melihat laut Banten yang biru nan cantik. Rasanya benar-benar damai.

Sesampainya di Pulau, saya dan teman-teman disambut oleh sebuah gapura bertuliskan Selamat Datang. Senangnya mengetahui sudah sampai di tempat tujuan. Twrus teranf, ini perjalanan terlama saya menggunakan kapal kecil, yaitu sekitar lebih dari dua jam

TURKUAZ: Totally Authentic Turkish Restaurant



 
Baklava House. (Foto: Irvan Arryawan)
Anda mencari kepuasan dalam mencicipi kuliner asing di Indonesia? Jika itu pertanyaan Anda, jawabannya ada di sebuah restoran yang terletak di bilangan Senopati, yaitu Turkuaz. Sesuai namanya, beberapa area di restoran ini menggunakan warna turquoise untuk menghiasi interiornya. Begitu menjejakkan kaki di Turkuaz, saya merasa melewati pintu rahasia dan serasa berada di Turki. Bukan berlebihan, tetapi sang pemilik rupanya cukup detail dalam interior mulai dari furniture hingga pernak-pernik yang dipajang sehingga restoran pun dihiasi dengan barang-barang hasil hunting di Turki. Asal Anda tau saja, pemilik restoran ini adalah salah satu koki favorit istana negara dan para pejabat di Indonesia, Sezai Zorlu.

Lampu gantung yang cantik. (Foto: Irvan Arryawan)


Tak hanya dari segi interior, menu yang dibuat oleh chef Sezai Zorlu yang merupakan chef berkebangsaan Turki ini juga sangat otentik. Ia mengaku kalau seluruh menu yang disajikan merupakan menu andalan keluarga besarnya, salah satunya adalah Baklava yang merupakan dessert favoritnya, dan juga favorit saya. Untuk Baklava, saya mencoba Bride Bag Chocolate, Pistachio, dan Sam Tatlisi-Semolina. Masing-masing jenis menonjolkan bahan yang digunakan. Saya paling menyukai Baklava yang rasa Chocolate dan Pistachio. Sebagai pembuka, cobalah Mezze Platter yang terdiri dari Ozel Kunzulu Ekmek (sesame bread) yang gurih disajikan bersama beberapa saus pendamping: Zeytinyagli Humus, Babaganuc, Gavurdagi Salatasi, dan Ispanakli Peynirli Borek. Untuk main course, pilihan pun jatuh kepada Chef’s Signature Lamb Shank dengan Ezme Soslu Kuzu Incik. Daging yang dimasak selama 12 jam ini dibumbui dengan sayur dan homemade chili paste ini benar-benar empuk dan bumbunya meresap sempurna.
Chef’s Signature Lamb Shank. (Foto: Irvan Arryawan)
 
Mezze Platter. (Foto: Irvan Arryawan)
Baklava. (Irvan Arryawan)

Selain bisa menikmati berbagai menu istimewa, Anda juga bisa mempelajari sejarah perkembangan karpet Turki di galeri dan jika tertarik, Anda bisa langsung membeli serta membawanya pulang.  
Galeri. (Foto: Irvan Arryawan)
 
Overall, Turkuaz adalah satu-satunya authenthic Turkish restaurant karena selain dari segi interior dan menu, semua bahan utama yang digunakan diimpor dari Turki dan semua bahan untuk bumbu dikeringkan serta diracik sendiri. Mükemmel (sempurna)!



TURKUAZ
Jl. Gunawarman No. 32, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Telepon: 021 72795846
Website: www.turkuazrst.com

*diterbitkan di majalah CLEO Indonesia edisi Mei 2014 

Selasa, 25 Februari 2014

Sweet Escape to Bromo-Malang


Kenapa saya kasih judul tulisan ini “Sweet escape?” Karena memang saya pergi ke Bromo di hari kerja, tepatnya di hari kejepit. Literally sweet escape, I guess. LOL.

Saya berangkat dari Jakarta di Sabtu siang untuk menghindari keramaian peak-season. Sekitar Minggu pagi saya tiba di stasiun Malang setelah menaiki kereta Matarmaja. Karena cuaca Malang hari itu panas, saya sengaja mengenakan baju yang lebih santai dan bebas bergerak. Sementara itu wind stopper jacket dan peralatan menanjak saya masukkan ke dalam keril. Jaket saya saja sudah memakan setengah kapasitas keril, itulah sebabnya bawaan saya terlihat banyak.
Sebelum menuju ke dusun Tumpang di mana kami menginap, saya dan kedua teman seperjalanan berkeliling kota Malang sekedar mencicipi warung bakso yang terkenal di Malang, namanya Bakso President. Kabarnya, warung bakso tersebut adalah langganan keluarga orang nomor satu di Indonesia itu. Kalau dilihat memang cukup menegangkan, karena letaknya yang pas di samping rel kereta api yang masih aktif. Tetapi rasa baksonya mantap! Walaupun sempat deg-degan setiap ada kereta lewat, tetapi perut kenyang dan hati senang.
 
Setelahnya, dengan menaiki delman, kami bermain-main sejenak di Candi Jago yang merupakan peninggalan Kerajaan Singosari. Candi ini dibangun oleh Raja Kertanegara untuk menghormati ayahnya, Raja Wisnuwardhana yang meninggal pada 1268. Bagian atas candi terlihat hancur karena menurut penduduk setempat bagian atasnya hancur karena tersambar petir.  Tapi lumayan lah, saya bisa memanjat sedikit-sedikit untuk bisa berfoto ria di puncaknya.



Kemudian setelah itu kami mengintip Air Terjun Coban Pelangi di kala hujan deras. FYI, tangga yang cukup terjal sangat licin, jadi sangat disarankan memakai sandal gunung atau alas kaki dengan sol yang bergerigi.




 Selanjutnya, kami pun berkunjung ke Perkebunan Apel Malang. Di sini ada dua jenis apel, yaitu yang manis dan masam. Karena dibebaskan untuk makan sepuasnya, saya pun memilah-milah apel mana kira-kira yang manis. Katanya, kalau apel yang masam biasa digunakan untuk masakan atau untuk diet. Saat sedang memilih, saya didatangi oleh salah satu pegawai di perkebunan tersebut dan diajari bagaimana memetik apel yang benar, karena pohon apel cukup ringkih. Salah teknik, buah apel yang ada di satu dahan bisa jatuh semua. Teknik yang benar adalah dengan diputar searah jarum jam hingga putus. Selain itu saya juga diajari bagaimana membedakan apel yang manis dan masam agar tak salah pilih. Senang rasanya bisa berkunjung ke kebun apel dan mendapat banyak pengetahuan baru.


Esoknya, pagi-pagi buta saya dan teman-teman berangkat menuju Penanjakan 2 Seruni. Karena hujan, kami pun memakai mantel sepanjang perjalanan menuju pos penanjakan. Sebagai informasi, karena cuaca di sini sangat dingin, Anda yang ingin berkunjung ke Bromo wajib hukumnya membawa jaket hangat, sarung tangan, penutup kepala, serta jas hujan. Karena beberapa teman ada yang kurang memahami medan, sehingga mereka tidak membawa peralatan lengkap dan menghambat perjalanan. Tambahan lagi, selain memakai celana panjang, saya sangat menyarankan Anda memakai stocking atau legging sebagi dalaman plus kaus kaki berlapis-lapis agar telapak kaki tetap hangat. FYI, saya yang sudah memakai dua lapis kaus kaki saja masih merasa sedikit dingin.

Tepat pada saat matahari terbit sampailah saya dan teman-teman di puncak. Tapi karena terlalu takjub dengan pemandangan yang ada, saya tak sempat mengambil gambar sunrise. Usai menikmati pemandangan di puncak, saya dan teman-teman pun menuju Kawah Bromo. Jika ingin merasakan sensasi yang lebih seru, jangan lewati tangga, tapi lewatilah jalur pasir. Asal Anda tau saja, Kawah Bromo ini adalah lokasi syuting film 5 Cm. Karena pengambilan gambar pada adegan menanjak puncak disertai batu yang berjatuhan tak mungkin dilakukan di Semeru, jadi dilakukan di sini.








Hari sudah terang, kami pun turun dan menuju ke Pasir Berbisik yang menjadi lokasi syuting film Dian Sastro berjudul serupa dengan namanya serta Bukit Teletubbies yang penampakannya memang mirip seperti bukit di acara anak Teletubbies. 



Puas berfoto-foto, kami pun kembali ke penginapan untuk bersiap mengejar kereta sore. 

Total perjalanan empat hari rasanya sangat menyenangkan, terlebih lagi dilewati bersama dua teman yang seru dan kompak. See you on the next trip, guys!