Selasa, 07 Februari 2012

Richard Rain: The Charming Hallucionist

Selesai wawancara, foto dulu. (Dok: Rangga Ibiza/ E-Motion)

Pertama kali bertemu dengan pesulap yang satu ini, kesan yang saya tangkap dia adalah orang yang kaku. Ternyata, penampilannya yang lumayan formal ini bertolak belakang dengan karakter aslinya. Host acara sulap TRIX di ANTV ini benar-benar ramah dan rendah hati. Kalau melihat ekstrimnya sulap yang dibawakannya pun Anda tak akan mengira bahwa pria ini sangat lembut.
Obrolan pun dimulai. Setelah berbincang-bincang kehidupan dan kariernya, saya menemukan sebuah perjalanan hidup yang cukup amazing. Betapa tidak? Dari kecil, si Richard Rain ini seperti sudah diarahkan untuk menjadi seorang magician. Berawal dari ketertarikannya pada permainan sulap, dan ia memulai belajar trik sulap lewat sebuah buku sulap yang dibelinya di pedagang mainan anak keliling seharga Rp 100,-. Seiring berjalannya waktu, keinginan finalis lima besar The Master season 1 ini makin besar untuk memperdalam dunia sulap. Tak tanggung-tanggung, ia juga membeli beberapa buku khusus untuk para magia (sebutan untuk pesulap profesional) hingga India. Satu hal yang menarik adalah, dari dahulu hingga kini ia belajar sulap hanya lewat buku. Selain itu, meski ditentang keras oleh keluarganya, Richard yang lulus kuliah dari jurusan Hukum UI dan terpaksa bekerja di bank, tetap kukuh untuk melanjutkan mimpinya, menjadi seorang pesulap profesional. Ia juga masih senang bermain sulap di depan teman-temannya. Masa-masa kebimbangan pun timbul pada waktu sang Ayah tercinta sakit keras. Bermaksud menghibur Ayah yang sedang terbaring di rumah sakit, Richard pun memainkan trik sulap, dan sang ayah hanya berkata, “Kamu jangan jadi pesulap.” Saat itu Richard yang berusia 24 sudah kehilangan Ibu, dan tentunya ia tidak ingin mengecewakan sang Ayah. Tak lama, Ayah tercinta pun meninggal dunia pada 2003, dan Richard memutuskan untuk berhenti bermain sulap. Setengah tahun berjalan, tiba-tiba datang tawaran untuk bermain sulap untuk sebuah acara dari sang teman. Lama tidak bermain sulap dan tiba-tiba harus tampil di depan orang banyak membuat Richard tertarik kembali untuk mengejar mimpinya yang sempat terpendam. Akhirnya Richard pun memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan kembali survive di dunia magic.
Satu hal yang paling membuat saya terperangah adalah kegiatan rutin sebulan sekali yang dijalani Richard dengan menghibur anak-anak panti asuhan yatim piatu lewat bermain sulap. Di sela-sela kesibukannya kini, ia pun masih menyempatkan diri untuk menjalani kegiatan yang sudah dijalaninya sejak 2007 tersebut, tanpa dibayar. Baginya, bermain untuk anak-anak tersebut sangat menyenangkan, karena ia yang juga seorang yatim piatu sangat ingin berbagi keceriaan dengan sesama. Ohh…. He’s really really a good guy… Impian terbesarnya, ia ingin bisa menggelar show di Las Vegas, kota impian para magician. Well,… Good luck, Richard! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar