Sekitar pukul dua pagi saya sampai di Mekah. Dalam keadaan suci, saya beserta rombongan pun langsung menjalani ibadah Thawaf dan Sa'i. Pada waktu Thawaf, saya tidak menyangka bahwa akan berdesak-desakan. Dua orang nenek merangkul lengan saya karena takut terbawa arus dan terinjak. Pantas saja banyak yang meninggal pada saat ibadah Haji, saya baru paham kondisinya seperti itu. Setiap masuk waktu ibadah, sebisa mungkin saya pergi ke masjid, dan satu hal yang membuat saya makin merinding adalah ketika selesai melaksanakan sholat, biasanya dilanjutkan dengan sholat jenazah. Betapa kagetnya saya ketika berjalan keluar melihat rombongan petugas masjid membawa lima peti jenazah korban Umroh. Berarti sholat jenazah yang barusan saya lakukan adalah untuk jenazah tersebut, tidak seperti hari-hari sebelumnya. Baikah...hal ini tidak akan saya lupakan. Ada satu hal lagi yang saya cukup bingung. Dalam bayangan saya, bukit Shafa dan Marwah adalah benar-benar bukit, ternyata saat ini bentuknya sudah dibangun menjadi ruangan beratap dan cukup nyaman untuk melaksanakan ibadah Sa'i. Meskipun dilakukan berkali-kali, tidak terasa lelah. Apalagi di setiap sudut tersedia sumber air zam-zam. Sudah sampai di Ka'bah, jangan sampai Anda tidak berdoa di pancuran emas Hijir Ismail. Ketika melihatnya saja, saya hampir putus asa, karena harus menembus desakan orang dari berbagai negara yang tubuhnya jauh lebih besar dan tinggi daripada saya. Apalagi satu hari sebelumnya kakak saya bercerita kalau ia harus mengantri lama untuk bisa masuk ke dalam Hijir Ismail. Tetapi setelah dicoba, ternyata saya bisa masuk dengan lancar tanpa harus mengantri. Ajaibnya lagi, dinding Ka'bah di depan saya kosong, dan langsung saja saya meraihnya. Hal yang cukup miris adalah ada beberapa wanita yang menunggu di dalam masjid sambil tidur-tiduran hingga orang lain cukup kesulitan untuk mendapatkan shaf. Dan ternyata mereka bukan menunggu karena ingin beribadah, tetapi menunggu pembagian makanan serta minuman gratis dari para petugas masjid (di antara sholat dhuhur dan ashar banyak dermawan dan petugas masjid yang membagikan kurma, roti, susu, atau kopi arab gratis untuk orang-orang yang menunggu di masjid karena menjadi musafir, mengabdikan diri untuk beribadah di masjid, atau tak punya rumah), Usai mendapatkan dan mengumpulkan makanan dan minuman tersebut, mereka pergi. Ahh...miris ngeliatnya.
|
Ketika usai melaksanakan Sa'i di antara Bukit Shafa dan Marwah
|
|
Bukit Marwah, pemberhentian akhir Sa'i. |
Sudah sampai di Mekah, tidak sah rasanya jika tidak berkeliling. Saya pun pergi bersama saudara ke salah satu pusat perbelanjaan yang cukup megah terletak di depan Masjidil Haram. Di dalamnya terdapat toko-toko yang menjual berbagai macam barang mulai dari pakaian hingga perhiasan. Dan jangan salah...di sini juga ada Starbucks! Saya menyempatkan diri mampir dan duduk-duduk sambil menikmati segelas kopi. Hal yang berbeda di Starbucks ini adalah adanya antrean pria dan wanita yang dipisah dan diberi penutup seperti penutup di shaf pria dan wanita. Menjelang adzan Ashar, seorang karyawan Starbucks memberitahu bahwa mereka akan segera tutup dan akan buka lagi setelah waktu sholat Ashar berakhir. Waw...ternyata Starbucks pun tanduk pada peraturan di negara ini (ya iyalah ya). Selain terdapat mug bertuliskan Saudi Arabia, ada juga signature cake yang hanya terdapat di Saudi Arabia, yaitu Kurma Cake. Yumm... Oiya, pada saat saya keluar untuk menuju masjid, saya melihat semua toko menutup akses pintu masuk ke dalam tokonya dan bergegas menuju masjid. Seketika mal sepi seperti benar-benar sudah tutup.
|
Saya di depan Masjidil Haram
|
|
Souvenir yang cantik
|
|
Mayoritas baju wanita yang dijual berwarna hitam. |
|
Cantiknya pasmina-pasmina ini |
|
Semuanya batuan asli, lho. |
|
Berbagai jenis karpet dan sajadah. |
|
Sambil menunggu adzan, mampir dulu ke Starbucks. |
|
Kurma Cake. Hanya dijual di Saudi Arabia. |
|
Souvenir dari Starbucks. |
|
Bermain di habitat merpati tepat di area Kerajaan Saudi Arabia. |
Selain masuk ke mal, saya juga blusukan ke dalam pasar di dekat penginapan. Di dalam pasar barang yang dijual lebih bervariasi dari mulai kayu siwak hingga wadah
eyeliner.
|
Penampakan depan pasar.
|
|
Tea set yang mungil dan mewah. |
|
Batangan putih ini adalah parfum gosok kasturi. Wanginya enak. |
|
Penjual batuan mengajarkan saya cara menakar batuan asli atau palsu.
|
|
Tanaman kering ini dapat digunakan sebagai obat haid dan membantu kesuburan wanita. |
|
Kayu siwak. Warga Saudi Arabia menggunakan kayu ini untuk menggosok gigi.
|
|
Wadah eyeliner ini cantik ya. |
Setelah beberapa hari tinggal di Mekah, saya pun harus kembali ke Indonesia. Perjalanan saya dari Mekah untuk kembali ke Indonesia melewati jalur yang sama seperti pada saat berangkat dari Indonesia, yaitu melewati Jeddah. Di perjalanan menuju Jeddah, saya melewati beberapa spot asyik, yaitu Laut Merah, Peternakan Unta, Museum Ka'bah, Jabal Rahmah, dan Jabal Magnet. Satu spot yang paling membuat saya tercengang adalah Jabal Magnet. Karena ketika melewati tanjakan bukit, driver bus saya justru melepaskan kakinya dari pedal dan rem kaki, namun bus tetap berjalan naik, bukan mundur. Di pertengahan bukit terlihat kaum India yang membasahi jalan bukit dengan air, mereka memiliki kepercayaan tersendiri mengenai Jabal Magnet ini.
|
Laut Merah yang tidak merah. |
|
Peternakan Unta. |
|
Buih susu yang dapat mengencangkan kulit. |
|
Susu Unta. Rasanya tak berbeda dengan susu sapi, kok.
|
|
Museum Ka'bah. |
|
Jabal Rahmah. Naiklah ke atas bukit dan tuliskan nama seseorang, dan kalian akan berjodoh (katanya). |
|
Driver bus saat melewati Jabal Magnet. Perhatikan, kakinya tidak menginjak pedal. |
Setelah usai berkeliling dengan bus, saatnya untuk menuju Bandara Internasional King Abdul Aziz. Overall, perjalanan saya ke Saudi Arabia ini telah mengajarkan saya akan banyak hal. Saya belajar untuk lebih menghargai orang, membantu orang lain meskipun tidak mengenal sama sekali, belajar ekstra sabar, dan pantang menyerah dalam menggapai tujuan.
Baca dulu:
Exploring Saudi Arabia #1 Jakarta-Jeddah
Exploring Saudi Arabia #2 Madina